Rabu, 30 November 2011

Pemuda, Spirit Kebangkitan Bangsa
(Bersempena Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober)
Oleh : Abdul Hadi


    Soekarno pernah berkata : “Beri saya sepuluh orang pemuda, maka saya akan goncangkan dunia”. Inilah salah satu ungkapan presiden pertama RI terlepas dari catatan kepemimpinan yang telah beliau jalani.
Sumpah Pemuda tidak hanya diperingati sebagai acara seremonial mengenang jasa para pahlawan muda Indonesia, tapi bagaimana kita mengambil makna sejarah setiap peristiwa yang terjadi. Deklarasi Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 merupakan wujud persatuan bangsa Indonesia dari pelosok negeri, teruatama para pemuda dalam membebaskan bumi pertiwi dari kolonial Belanda. Mereka berkumpul dalam acara kongres yang ke-2 di Jakarta pada tanggal 26-28 Oktober 1928 atas inisiatif Perhimpunan Pelajar Indonesia yang dihadiri wakil-wakil berbagai pulau di Indonesia, diantaranya; Pemuda Sumatra, Pemuda Indonesia, Yong Batakse Bond, Sekar Rukun, Pemuda Kaum Betawi, Yong Islamieten Bond, Yong Java, Yong Ambon, Yong Celebes, dan lain-lain.  Dalam suasana perang merebut kemerdekaan itulah, pemuda-pemuda dari berbagai pulau di Indonesia berkumpul dalam satu tekad satu Indonesia. Kemudian ikrar Sumpah Pemuda pun berkumandang pada tanggal 28 Oktober 1928. Dengan isinya : 1. Kita putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia; 2. Kita putra dan putri Indonesia mengaku bertanah air satu, tumpah darah Indonesia; 3. Kita putra dan putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia. 
          Sebuah prestasi hebat yang di raih oleh para pemuda masa lalu yang selanjutnya harus di tiru oleh pemuda masa kini. Banyak inspirasi yang bisa terlahir dari memperingati Sumpah Pemuda. Masa itu merupakan catatan terpenting dari sejarah bangsa Indonesia. Mereka bukan lagi bicara individualisme dan sukuisme, karena sifat itulah yang akan memecah belah bangsa Indonesia, sebagaimana halnya yang dilancarkan pemerintah kolonial Hindia Belanda dengan taktik adu domba (devide Et Impera) agar dapat melemahkan gerakan yang dianggap saparatis yang dilakukan oleh pemuda tanah air. Mereka telah menorehkan tinta sejarah demi mempertahankan bumi pertiwi. Karena mereka bukan hanya sekedar kata-kata, tapi kinerja, bukan janji tapi bukti.
     Semangat nasionalisme yang dimiliki oleh para pemuda menjadi titik tolak lahirnya para pahlawan, yang kemudian dapat memberikan kontribusi yang real terhadap perubahan masyarakat menuju the bettet society.
Pemuda merupakan salah satu bagian terpenting dari komponen bangsa ini, aset yang paling berharga yang tidak ada tandingannya, meskipun dibandingkan dengan kekayaan alam yang dimiliki negeri ini. Itulah pemuda yang mendedikasikan dirinya untuk negeri tercinta, mengutamakan kepentingan orang lain dari kepentingan individu, kepentingan bangsa dari kepentingan golongan. Pemuda dengan menyandang berbagai gelar kepahlawanannya seperti again of change dan direct of  change, yang tentunya menjadi tantangan zamannya untuk dapat membuktikan diri dalam membantu meyelesaikan permasalahan bangsa yang semakin hari semakin kompleks. Pemuda yang tersebar dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa saat ini, sebenarnya mampu menjawab tantangan perubahan dengan kapasitas dan energi yang dimilikinya.
Pemuda Sebagai Pelopor Perubahan 

Perubahan-perubahan besar dalam sejarah banyak dilakukan oleh para pemuda. Soekarno yang menjadi presiden RI pada usia yang relatif muda (44 tahun) meretas jalan kepahlawanannya dengan menindaklanjuti sumpah pemuda 28 Oktober 1928 dengan mendeklarasikan Nusantara Indonesia tahun 1957.
         Kita mungkin tahu tentang kisah ”Pemuda Kahfi”. Bagaimana kegelisahan yang mereka rasakan melihat tirani kekuasaan atau kebebasan ditindas kediktatoran, yang kemudian mereka bergerak dan segera berdiri di garis terdepan menyambut panggilan sejarah. Walaupun pada akhirnya mereka harus menyembunyikan diri di gua untuk mempertahankan existensi sebagai hamba Allah yang kemudian Dia tidurkan mereka lebih kurang 309 tahun.
Ada sebuah ungkapan oleh pendiri Ikhwanul Muslimin Hasan Al-Banna: “Pemuda adalah aset kebangkitan umat (bangsa), setiap kebangkitan jawabannya adalah pemuda”. Banyak cerita kepahlawanan tentang kisah sejarah bangsa Indonesia yang melibatkan heroisme pemuda. Bagaimana semangat para pemuda mendorong pemimpin revolusi mendeklarasikan kemerdekaan dengan membawa ke Rengasdengklok ‘memaksa’ memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Kita juga mendengar dan juga mungkin menyaksikan bagaimana generasi 98 telah mejalankan tugasnya. Mereka telah berhasil menumbangkan rezim orde baru dan mangantar sejumlah elit politik baru kepanggung sejarah Indonesia. Namun tugas pemuda belumlah selesai, sebab cit-cita reformasi terkesan hilang dalam retorika politik. Krisis multidimensi yang melanda bumi pertiwi belumlah selesai. Maka sudah saatnya pemuda mengembalikan semangat reformasi 98 yang dapat mengangkat moral perjuangan pemuda Indonesia dan mengingatkan para penguasa untuk kembali kejalur reformasi. Enam visi reformasi seharusnya menjadi spirit pemuda dalam memulai agenda perubahan. Pemuda sebagai aset termahal negeri ini  dengan jumlah populasi terbesar menjadikan peran sentral dalam kemajuan bangsa. Dulu Rasulullah bersabda, ”Para pemuda bersekutu denganku dan orang-orang tua memusuhiku”. Hal tersebut seperti sepotong sajak Taufik Ismail (1998) kepada mereka.
Seluruh jajaran aparat kenegaraan di atas umur tiga puluh
sudah bersedia berdiri kepinggir secara menyeluruh
Bangsa kini dipimpin oleh anak-anak muda yang sebenar bersih
Kami muncul lewat tahun-tahun pengalaman yang sangat pedih
(Suara Hidayatullah: Desember 2000). (di kutip dari buku ”Dari Gerakan
Ke Negara” oleh H.M. Anis Matta, Lc).
Peran Pemuda Indonesia
      Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemuda masa kini, diantaranya;
  1. Self Capacity building
Indonesia memiliki kekayaan alam yang tidak terhitung nilainya, akan sangat wajar menjadikan negara lain ”melirik” untuk memberikan perhatian lebih dibandingkan kepada negara lain. Oleh karena itu, sudah saatnya pemuda masa kini mampu mengembangkan kapasitas intelektualnya, bukan lagi kekuatan fisik yang di kedepankan, karena itu tidak akan pernah bisa menyelesaikan permasalahan bangsa ini. Karena membangun bangsa yang besar ini tidak cukup dengan kekuatan fisik, tapi dibutuhkan juga kekuatan intelektual. Pemuda yang notabane memiliki spirit dan tekad yang kuat, menjadi modal utama dalam mengembangkan kapasitas intelektualnya, di tambah lagi dengan daya serap dan daya ingat yang relatif masih kuat.
Di samping kapasitas intelektual yang menjadi perhatian serius dalam memulai setiap agenda perbaikan, kemampuan untuk membangun moralitas juga sangat berpengaruh dalam bertindak, terlebih para pengambil kebijakan negeri ini. Oleh karena itu, menurut hemat penulis, negeri kita menjadi keterbelakangan disebabkan adanya sikap moralitas yang rendah yang dimiliki sejumlah elit politik. Sadar maupun tidak sadar. Sehingga korupsi menjadi konsumsi informasi rutinitas bagi masyarakat. Dengan demikian, dibutuhkan tidak hanya kapasitas intelektual, tetapi juga sikap moralitas menjadi hal yang sangat urgen.
 
  1. Social Sensitivity
            Membangun kapasitas intelektual tidaklah cukup seandainya tidak diiringi dengan sikap sensitifitas. Karena pada hakikatnya manusia tidak bisa hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Tidak terkecuali pemuda. Ia bagian dari masyarakat secara keseluruhan, tidak bisa terlepaskan dari lingkungan sekitarnya. Maka sangat aneh ada pemuda yang merasa asing dilingkungannya. Oleh karena itu, sangat membutuhkan kerjasama dan keterlibatan secara aktif di lapangan untuk menunjukkan bahwa ia peduli dengan kondisi masyarakat, minimal di sekitar tempat tinggalnya. Karena banyak juga kita temukan di lapangan, pemuda atau mahasiswa yang masih memiliki sikap apatis, acuh tak acuh terhadap kondisi di sekitarnya, terlebih lagi menyangkut persoalan bangsa yang besar ini. maka, sudah sepantasnya sebagai pemuda Indonesia selalu kita tumbuhkan sense of belonging terhadap negeri ini. seperti layaknya barang-barang milik pribadi. bedanya terletak pada sejauhmana kita menggunakan dan memposisikan barang tersebut.
Dengan adanya social sensitivity, maka akan muncul responsibility terhadap kondisi sosial. Dengan harapan dapat memberikan kontribusi sesuai posisi kita berada. Apakah sebagai warga negara biasa, para pengambil kebijakan, atau yang lainnya.
  1. Membangun Sinergisitas Antar-Pemuda
          Indonesia di kenal dengan tingkat kemajemukkan yang paling tinggi, menjadikan negara yang mayoritas muslim ini, memiliki tantangan tersendiri dalam menghadapi masyarakatnya. Dengan jumlah suku dan etnis yang cukup banyak, serta bahasa daerah yang beranekaragam, diperlukan sinergisitas antar-pemuda dalam membangun bangsa. Karena dengan kemajemukkan yang dimiliki, bisa menyebabkan potensi perpecahan antar-pemuda atau sebaliknya menjadi potensi pengikat di masyarakat, tergantung bagaimana memanfaatkan potensi tersebut. Oleh karena itu, menjadi penting untuk disadari bahwa keberanekaragamanan yang ada hendaknya di kelola dan di bingkai dengan sebaik mungkin, agar menjadi satu kekuatan yang utuh dalam mewujudkan Indonesia yang aman dan sejahtera. Oleh karena itu, perlu adanya agenda bersama dalam mewujudkan bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Maka tidak ada lagi egoisme kesukuan dan kedaerahan yang dikedepankan demi menjaga intregitas bangsa Indonesia. Semua hal  ini perlu  disadari, terutama oleh para pemuda dan elemen gerakan di negeri ini, teruama gerakan pemuda, karena mereka merupakan kelompok yang paling strategis dan potensial untuk dipicu menjadi tameng kekerasan akibat dari sentimen perbedaan yang ada.
Untuk menghindari terjadinya konflik-konflik antar pemuda, perlu adanya lembaga atau organisasi pengikat yang bisa mengakomodir antar-pemuda, dengan tujuan untuk mensinergiskan gerakan-gerakan pemuda yang ada, tanpa ada kepentingan-kepentingan yang lain. Di samping itu juga, perlu adanya kegiatan-kegiatan bersama yang dapat menghimpun pemuda Indonesia, diskusi-diskusi, seminar, olahraga, sharing, dan lain-lain. Tentunya tidak lepas partisipasi dari pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut. Komunikasi yang efektif merupakan modal utama dalam mewujudkan hal ini. Dengan langkah demikian, setidaknya dapat membantu mencegah terjadinya konflik di tengah masyarakat.
  1.  Againt of Control
       Semangat Reformasi hendaknya tetap ada pada diri para pemuda. Pemuda sebagai againt of change menjadi harapan masyarakat dalam mengontrol kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada masyarakat. Supremasi hukum yang masih di anggap lemah, keadilan dan kesejahteraan yang masih jauh dari harapan, membuat masyarakat semakin pesimis dengan kondisi yang dihadapinya. Banyak kasus terjadi di negeri ini yang tidak kunjung selesai. kasus century yang telah banyak mengeluarkan anggaran, ternyata tidak ada hasilnya. Dan masih banyak kasus-kasus lainnya. Oleh karena itu, menjadi tantangan bagi para pemuda untuk menunjukkan komitmen kepedulian dengan selalu menyuarakan kebenaran dan mengawal kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dan merugikan masyarakat.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya gerakan pemuda atau mahasiswa dari berbagai elemen di negeri ini berkumpul dalam satu lapangan yang besar guna merapatkan barisan dengan spirit membawa kebaikan dan agenda kebersamaan, dengan meneriakkan satu kata. Bangkitlah negeriku..! Harapan itu masih ada!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar