Rabu, 30 November 2011

Harapan UIN SUSKA Menuju Kampus Islami Madani
Oleh : Abdul Hadi

“Harapan itu selalu ada”. Itulah ungkapan rasa optimisme bagi siapa saja  yang senantiasa mendambakan kebaikan dan menuju perbaikan. Setiap orang secara fitrah ingin dirinya menjadi lebih baik dari hari ke hari, bulan ke bulan, bahkan tahun ke tahun. Karena Rasulullah SAW. juga berpesan “Today is better than yesterday, Tomorrow will be better than today” .  Tergantung seseorang dalam menerjemahkan ‘menjadi lebih baik’. Boleh jadi dalam hal pemahaman agama, akhlak, jabatan, keadaan ekonomi, interaksi sosial, pekerjaan,  akademik, dan lainnya. Bukan berarti ingin memisahkan antara agama dengan yang lainnya. Karena bagaimanapun menurut hemat penulis setiap muslim idealnya menjadikan agama sebagai titik tolak dalam bergerak dan beraktivitas. Oleh karena itu, sudah saatnya untuk  memprosesi harapan  menjadi sebuah kenyataan yang semua orang mendambakan yaitu apa yang disebut dengan ‘kebahagiaan’.
Begitu juga harapan UIN SUSKA dalam mewujudkan kampus Islami Madani. Lantas, ada yang bertanya; bagaimana mungkin UIN SUSKA bisa mewujudkan kampus Islami Madani? Padahal masjid belum ada, mahasiswi masih ada yang memakai pakaian ketat, masuk kampus pakai jilbab keluar kampus buka jilbab, karyawan masih ada yang krisis akhlak, primordialisme, dan mungkin masih ada kekurangan dari sisi lainnya. Semua orang berhak memberikan penilaian, baik dari sisi kekurangan maupun kelebihan. Namun semua itu di landasi atas “loyality” dan “sense of belonging” terhadap perbaikan kampus ke depan agar menjadi lebih baik. Tidak hanya memberikan kritikan dan komentar, tapi juga di iringi dengan memberikan masukan dan keterlibatan, baik secara kolektif (organisasi) maupun personal.
Ada sebuah kaedah “Nata’awanu fimattafaqna wanatasamahu fimaa ikhtalafna” (tolong menolong dalam hal yang disepakati dan toleransi dalam hal yang berbeda). Tentunya toleransi dalam hal-hal yang bisa ditolerir bukan dalam hal yang prinsipil. Menjadikan Kampus UIN SUSKA menjadi kampus Islami Madani tentunya semua pihak sepakat untuk mewujudkannya, bahkan  mungkin menjadi  sebuah keharusan bagi setiap individu muslim yang tergabung di dalamnya. Bukan hanya menjadi tugas pimpinan, tapi juga seluruh civitas akademika; karyawan sampai mahasiswa ikut berpartisipasi dalam mewujudkannya. Walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa  pimpinan sangat menentukan dalam memberikan kebijakan-kebijakan terkait hal tersebut. Terkait hal kebijakan, apakah itu sudah ditetapkan ataupun belum. Ada beberapa hal yang ingin penulis sampikan yang sebagian mahasiswa mempertanyakan terkait times dalam proses belajar mengajar yaitu ketika waktu awal sholat telah tiba, muazin mengomandangkan azan, masih ada dosen yang mungkin ‘maaf’ acuh tak acuh mendengar panggilan azan sambil melanjutkan perkuliahan. Ada juga yang berhenti sejenak menunggu azan selesai, kemudian melanjutkannya kembali. Terlepas dari alasan yang dikemukan, penulis pernah berinteraksi dengan teman-teman mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum, ada mata kuliah yang jadwal perkuliahannya mendekati waktu zhuhur, jam 11.30 WIB, mungkin ada juga yang terjadi di Fakultas lain. Semua ini mestinya menjadi bahan evaluasi, terlebih kepada pimpinan untuk memperhatikan hal tersebut. Karena bagaimanapun hal tersebut kurang etis di pandang masyarakat di luar kampus, dan memang idealnya menurut hemat penulis jadwal perkuliahan tidak mendekati jadwal sholat,  ada waktu istirahat ketika waktu sholat tiba. Karena hal ini merupakan salah satu bentuk komitmen kita dalam menyongsong kampus Islami Madani. Kalau hal ini diabaikan, perlu dipertanyakan komitmen kita.  Ada semangat keberislaman yang  dirasakan di lingkungan kampus, bukan hanya gedung-gedung dengan symbol-simbol Islam, walaupun itu perlu. Tapi subsantinya seberapa besar semangat keberislaman yang di bangun oleh elemen masyarakat kampus dalam hal ini, secara kolektif mapun personal.
Tentunya semua pihak proaktif terkait agenda perbaikan dan perubahan dalam meyongsong terwujudnya kampus Islami Madani, bukan bersifat reaktif apalagi apatis atau skeptic. Dengan adanya niat baik dan kesadaraan bersama, insya Allah, bahwa cita-cita mewujudkan kampus Islami Madani bukan hanya sebuah angan-angan atau wacana tapi sebuah realita yang akan terwujud, cepat maupun lambat. Tapi semua itu juga di topang dengan konsep yang jelas, terstruktur dan mempunyai tahapan-tahapan bagaimana mewujudkannya, di samping konsistensi dalam memperjuangkannya.  Dengan demikian, nyatalah bahwa harapan UIN SUSKA menjadi kampus Islami Madani akan terealisasi.  Wallahu`alam.

2 komentar:

  1. Aslmkum, wr.wb
    Ana rsa fenomena spt ini tak hanya terjadi di UIN saja. Di Univ lain pun msh terjdi. Di sisi lain ad jg yg tergntung kpd dosen yg msuk saat itu. Krn sbgian dosen memang ada yg membri tenggang wktu mlakukan sholat, dan disisi lain jg ad yg sebaliknya,,,

    solusi sementara mngkin pndai2 kita'lah bila brada dlm situasi tersebut,,,

    BalasHapus
  2. ws.tulisan ini ditulis ketika saya diamanahkan di FKII sebagai ketua untuk dimuat dibulletin FKII asy-syams yang lebih dikhususkan untk kampus UIN sebagai referensi kampus2 lainnya.sebagaimana yang dicita-citakan oleh pihak rektorat agar menjadi kampus islami madani. salah satu langkah dalam memberikan pencerahan kpda mahsiswa dan civitas akademika.

    BalasHapus